
“Bukan tidak mungkin, jika suara MUI sudah tidak didengar lagi di sana,” kata Sekjen MUI Ikhwan Syam.
Meski begitu, dia mengungkapkan wacana tersebut belum pernah dibahas secara terbuka di MUI. Hingga saat ini, lembaga ulama ini masih menganggap penting adanya lembaga sensor film.
“Karena kita menganggap penting, maka tidak mungkin kita menarik perwakilan dari sana,” ujarnya.
Ikhwan menyadari banyak film yang berbau porno bisa lolos dari sensor LSF. Dia mencontohkan seperti film Suster Keramas yang belum lama ini muncul. Karenanya, yang perlu diperhatikan adalah kinerja lembaga tersebut.
Tidak seimbangnya jumlah film yang masuk dengan yang menyensor mengakibatkan kelelahan dan keletihan si penyensor. Dampaknya, kualitas sensor di lembaga tersebut menjadi menurun.
Selain itu, dia juga menyayangkan minimnya pengetahuan yang menyensor film untuk memotong sejumlah film yang berbau SARA, merusak akidah seperti film yang tahayul dan mistik. “Padahal sudah jelas ada aturannya di sana,” ujarnya.
Sumber : Okezone

0 komentar:
Posting Komentar